Senin, 13 Januari 2014

SEBUAH PERTANYAAN DARI SAHABAT KOMUNITAS tentang arti KEJUJURAN.

TANYA:
Gus Manz :

Ayah Edi yang baik hati, jujur itu seperti apa dan bagaimana ? (maklum sudah biasa hidup di lingkungan tidak jujur dimana-mana).

Jawab:

Saya sendiri juga sama pak Gus, tidak paham arti jujur sampai suatu ketika kedua anak saya mengajari saya tentang kejujuran.

Suatu hari sy bersama anak saya menemukan UANG Rp. 10.000,- di lantai sebuah gedung tempat kami bersiaran. Dan malam itu ruangan sudah kosong tidak ada orang kecuali kami.

Lalu uang itu saya pungut, dan saya berkata dengan girang kepada anak saya; "Hore ayah nemu uang..., nemu uang Rp. 10.000,-"

Foto: SEBUAH PERTANYAAN DARI SAHABAT KOMUNITAS tentang arti KEJUJURAN.

TANYA:
Gus Manz :

Ayah Edi yang baik hati, jujur itu seperti apa dan bagaimana ? (maklum sudah biasa hidup di lingkungan tidak jujur dimana-mana).

Jawab:

Saya sendiri juga sama pak Gus, tidak paham arti jujur sampai suatu ketika kedua anak saya mengajari saya tentang kejujuran.

Suatu hari sy bersama anak saya menemukan UANG Rp. 10.000,- di lantai sebuah gedung tempat kami bersiaran. Dan malam itu ruangan sudah kosong tidak ada orang kecuali kami.

Lalu uang itu saya pungut, dan saya berkata dengan girang kepada anak saya; "Hore ayah nemu uang..., nemu uang Rp. 10.000,-"

"Ini simpan nak kamu simpan, rejeki bisa kamu tabung atau kamu sedekahkan."

Diluar dugaan saya pak, kedua anak saya malah berkata:

"Apakah itu uang ayah yang jatuh?" tanya kedua anak saya.

"bukan nak, ini nemu uang namanya, ini rejeki kita" jawab saya 
Maklum karena sejak kecil secara tradisi apa bila ada peristiwa seperti ini disebut nemu uang dan itu rejeki, katanya.

"Loh... kalo bukan uang ayah kenapa ayah ambil ?", "Jangan di ambil, taruh lagi pada tempatnya, kasihankan om yang kehilangan uang tersebut, jika nanti dia datang lagi kesini dan mencarinya dan ternyata uangnya sudah di ambil sama ayah?" Anak saya Dimas berkata dengan nada serius pada saya dan sama sekali tidak berminat untuk mengambil uang itu.

"Sejak tadi Mas Dido juga sudah tahu ada uang di lantai, tapi itukan bukan uang mas jadi tidak mau ambil" kata kakaknya menimpali.

Lalu saya pandangi kedua anak saya, muka saya merah karena malu, tapi juga bangga dan bahagia memiliki kedua orang anak yang mampu berpikir kritis dan sama sekali tidak tertarik untuk menerima uang pemberian saya itu. Dia sama sekali tidak merasa nemu uang itu adalah rejeki baginya.

Dan akhirnya saya peluk kedua anak saya; setelah itu saya letakkan kembali uang itu di tempat saya mengambilnya. Dan kamipun berlalu pergi meninggalkan gedung itu.

Sesampainya di rumah sayapun langsung bersujud, bersyukur pada Tuhan, telah mendapat sebuah pelajaran berharga tentang arti sebuah kejujuran dari kedua orang malaikat kecilku.

Dan sejak saat itu sy tidak pernah lagi mau mengambil uang di jalan yang saya temukan, karena itu memang bukan hak saya, apa lagi REJEKI saya.

Mungkin itulah salah satu arti kejujuran pak Gus, tidak mengambil apapun yang bukan menjadi hak kita (DENGAN ALASAN PEMBENARAN APAPUN), 

Saya pikir jika ini bisa dilakukan setiap orang Indonesia maka orang yang kehilangan barang atau uang segera akan menemukan kembali di tempat ia merasa kehilangan.

Mungkin jika ada lagi kisah lain yang di alami keluarga Indonesia tentang arti sebuah kejujuran ? Silahkan di share di kolom komentar ini. 

Semoga menjadi pelajaran bagi kita semua.

silahkan baca juga posting sebelumnya ttg kejujuran di: 
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=586757011395404&set=a.144983902239386.35784.141694892568287&type=1

"Ini simpan nak kamu simpan, rejeki bisa kamu tabung atau kamu sedekahkan."

Diluar dugaan saya pak, kedua anak saya malah berkata:

"Apakah itu uang ayah yang jatuh?" tanya kedua anak saya.

"bukan nak, ini nemu uang namanya, ini rejeki kita" jawab saya
Maklum karena sejak kecil secara tradisi apa bila ada peristiwa seperti ini disebut nemu uang dan itu rejeki, katanya.

"Loh... kalo bukan uang ayah kenapa ayah ambil ?", "Jangan di ambil, taruh lagi pada tempatnya, kasihankan om yang kehilangan uang tersebut, jika nanti dia datang lagi kesini dan mencarinya dan ternyata uangnya sudah di ambil sama ayah?" Anak saya Dimas berkata dengan nada serius pada saya dan sama sekali tidak berminat untuk mengambil uang itu.

"Sejak tadi Mas Dido juga sudah tahu ada uang di lantai, tapi itukan bukan uang mas jadi tidak mau ambil" kata kakaknya menimpali.

Lalu saya pandangi kedua anak saya, muka saya merah karena malu, tapi juga bangga dan bahagia memiliki kedua orang anak yang mampu berpikir kritis dan sama sekali tidak tertarik untuk menerima uang pemberian saya itu. Dia sama sekali tidak merasa nemu uang itu adalah rejeki baginya.

Dan akhirnya saya peluk kedua anak saya; setelah itu saya letakkan kembali uang itu di tempat saya mengambilnya. Dan kamipun berlalu pergi meninggalkan gedung itu.

Sesampainya di rumah sayapun langsung bersujud, bersyukur pada Tuhan, telah mendapat sebuah pelajaran berharga tentang arti sebuah kejujuran dari kedua orang malaikat kecilku.

Dan sejak saat itu sy tidak pernah lagi mau mengambil uang di jalan yang saya temukan, karena itu memang bukan hak saya, apa lagi REJEKI saya.

Mungkin itulah salah satu arti kejujuran pak Gus, tidak mengambil apapun yang bukan menjadi hak kita (DENGAN ALASAN PEMBENARAN APAPUN),

Saya pikir jika ini bisa dilakukan setiap orang Indonesia maka orang yang kehilangan barang atau uang segera akan menemukan kembali di tempat ia merasa kehilangan.

Mungkin jika ada lagi kisah lain yang di alami keluarga Indonesia tentang arti sebuah kejujuran ? Silahkan di share di kolom komentar ini.

Semoga menjadi pelajaran bagi kita semua.


Sumber :https://www.facebook.com/pages/Komunitas-AYAH-EDY/141694892568287?fref=ts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar